- Prinsip Hidup Sehat
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -being, and not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Definisi WHO tentang sehat mempunyui karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang po¬sitif (Edelman dan Mandle. 1994):
- Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
- Memandang sehat dengan mengidentifikasi ling¬kungan internal dan eksternal.
- Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman.
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh.
- Perubahan Perilaku
Para ahli kesehatan memandang antropologi kesehatan sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat dalam menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat -obatan, ramuanramuan, pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
Konsep tentang Sehat-Sakit ini terus mengalami perubahan dan perkambangan dimana masyrakat yang telah mengenal adanya perkembangan teknologi cenderung lebih memilih untuk percaya pada hasil diagnosa dari dokter.
- Model Sehat-Sakit
a. Model Rentang Sehat-Sakit (Neuman-1990)
Model ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat dalam menentukan tujuan pencapaian tingkat kesehatan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
b. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)
Model yang dikembangkan oleh Dunn (1977) ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.
c. Model Agen-Pejamu-Lingkungan(Leavell at all.)
Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen (biologis, psikososial,dll), Pejamu, dan Lingkungan (fisik dan sosial).
d. Model Keyakinan-Kesehatan
Model Keyakinan-Kesehatan menurut Rosenstoch (1974) dan Becker dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkan.
e. Model Peningkatan-Kesehatan (Pender)
Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan kesehatan.
f. Model yang dikemukakan oleh Lewrence Green
Model ini menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi oleh tiga faktor yaitu faktor prediposisi, faktor yang mendukung (enabling factors), dan faktor yang memperkuat/mendorong 9reintorcing factors).
B. KESEHATAN GIGI DAN MULUT
1. Indikator Kesehatan Gigi Dan Mulut
Beberapa indikator yang digunakan dalam meneliti kesehatan gigi dan mulut masyarakat adalah :
- Indeks Karies Decay, Missing & Filling Teeth (DMFT)
Untuk melihat keadaan geligi yang mengalami kerusakan, hilang/ditambal akibat karies.
- Indeks Kebersihan Mulut atau Oral Hygiene Index Simplifie (OHIS)
Melihat kebersihan mulut dengan ada tidaknya tindakan debris dan kalkulus.
- Community Priodontal Indeks of Treatment Needs (CPITN)
Indeks WHO untuk mengukur kondisi jaringan periodontal serta perkiraan kebutuhan perawatannya.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
- Tenaga Kesehatan
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah profesionalisme tenaga kesehatan. Banyak masyarakat yang menyayangkan dengan sikap dokter gigi dan perawat yang melayani denagn kurang baik. Selain itu, beberapa pasien juga merasa kurang nyaman saat menjalani proses perawatan serta tidak mendapatkan hasil yang memuaskan saat mereka ke dokter gigi.
- Faktor Psikososial
Faktor psikososial ini meliputi :
· Mudahnya melihat dan mengenali tanda dan gejala penyakit
· Sejauh mana penyakit dianggap serius
· Sejauh mana penyakit menghalangi kegiatan keluarga, keraj dan kegiatan sosial lainnya.
· Frekuensi dan persistensi munculnya gejala penyakit
· Tingkat toleransi sisakit dan oranglain
· Tersedianya informasi, pengetahuan, serta pengertian dan asumsi kultural
· Rasa butuh yang menuju proses psikologis atauautisik ( Proses persepsi tang tidak sesuai dengan kenyataan)
· Kebutuhan lain yang menyaingi kebutuhan berobat
· Interpretasi yang berbeda-beda terhadap penyakit
· Tersedianya sarana pengobatan, mudah dicapai, biaya moneter dan psikologis untuk berobat.
- Sosiodemografi
Faktor sosiodemografi ini meliputi :
· Umur
· Jenis Kelamin
· Ras dan Etnik
· Pendapatan
· Pekerjaan
· Pendidikan
· Lokasi Geografis
- Struktural Sistem Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut
Faktor struktural sistem pelayanan kesehatan gigi dan mulut ini meliputi :
· Jangkauan Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
· Kontak masa lalu dengan sistem pelayanan kesehatan
· Memiliki sumber pelayanan yang tetap
· Sistem pembayaran
D. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
- Upaya Yang Dilakukan Oleh Pribadi
- Sikat gigi secara teratur
- Kumur dengan antiseptik (Oral Rinse)
- Membersihkan sela-sela gigi dengan dental floss atau benang geligi
- Membersihkan lidah
- Menyikat gigi dengan benar
- Memilih sikat gigi dan pasta gigi yang baik
- Rutin periksa gigi ke dokter
- Upaya Yang Dilakukan Oleh Lembaga Sosial Kemasyarakatan dan Pemerintah
· Dental Health Diet Score Program (HSDS) yaitu dengan memperlihatkan masalah susunan makanan yang secara potensi berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.
· Kumur Flour (KF), yang dilakukan pemerintah DKI bekerjasama dengan UKSG setiap 2 kali sebualan.
· Florisasi pada sumber air PAM
· Program Kombinasi Fissure Sealant & Intruksi (FSI) yang dilakukan setahun sekali
· Meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di daerah-daerah setempat.
· Melakuakn penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar