Kamis, 02 Juni 2011

Diskolorasi dan Karies Oklusal Gigi

II.1 DISKOLORASI
            Diskolorasi adalah perubahan warna pada gigi. Penyebab perubahan warna secara umum dibagi atas diskolorasi ekstrinsik dan diskolorasi intrinsik. Penyebab perubahan warna pada gigi yang  juga diperhatikan adalah diskolorasi karena proses penuaan.
II.1.1 Faktor Ekstrinsik
      Perubahan warna pada gigi yang berasal dari luar gigi:
a.       Kebersihan mulut yang tidak baik. Perubahan warna pada gigi karena kebersihan mulut yang tidak baik, dapat menyebabkan gigi bewarna hijau,jingga, kuning, atau cokelat.
b.      Pengaruh makanan dan minuman, misal nya kopi, the, kunyit, dan lain-lain.
c.       Pengaruh rokok dan tembakau menghasilkan warna cokelat sampai hitam pada bagian leher gigi. Distribusi dan perubahan warna yang terjadi bergantung pada tipe, jumlah, dan lama nya kebiasaan merokok.
d.      Bahan tambalan logam yang mengandung perak nitrat, bila berkontak dengan dinding kavitas, lambat laun dapat menyebabkan perubahan warna gigi menjadi abu-abu gelap. 1

II.1.2 Faktor Intrinsik
      Penyebab perubahan warna gigi berasal dari gigi itu sendiri:
a.       Dekomposisi jaringan pulpa atau sisa makanan. Ada nya gas yang dihasilkan oleh pulpa nekrosis dapat membentuk ion sulfide yang bewarna hitam.
b.      Pemakaian anti biotik, misal nya tetrasiklin. Tetrasiklin merupakan penyebab paling sering dari perubahan warna gigi yang bersifat intrinsik. Pemakaian obat golongan tetrasiklin selama proses pertumbuhan gigi dapat menyebab kan perubahan warna gigi yang permanen.
Periode waktu pemberian tetrasiklin yang menyebabkan perubahan warna pada gigi:
1)      Semasa dalam kandungan pada usia kehamilan ibu lebih dari 4 bulan, molekul tetrasiklin dapat melewati barier plasenta mengenai gigi sulung yang sedang terbentuk.
2)      Masa bayi sesudah lahir sampai usia 5 tahun, pada periode ini terjadi pembentukan mahkota gigi seri permanen.
Mekanisme nya adalah tetrasiklin akan terikat dengan kalsium dan membentuk senyawa kompleks berupa kalsium ortofosfat. Jaringan gigi yang sedang dalam proses mineralisasi itu tidak hanya memperoleh kalsium, tetapi juga molekul tetrasiklin yang kemudian tertimbun di dalam jaringan dentin dan email.
c.       Penyakit metabolic yang berat selama fase pertumbuhan gigi, misal nya alkaptonuria yang menyebabkan warna cokelat, endemik flourosis yang menyebabkan bercak cokelat , endemik bercak cokelat pada gigi.
d.      Pendarahan dalam kamar pulpa. Ini disebabkan oleh terjadi nya trauma, aplikasi bahan devitalisasi arsen ataupun eksterpasi pulpa yang masih vital.
e.       Medikamentasi saluran akar. Obat terapeutik yang digunakan dalam endodonti dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi, misal nya perak nitrat.
f.        Bahan pengisi saluran akar. Di antara bahan pengisi saluran akar gigi yang dapat mewarnai dentin adalah iodoform dan semen saluran akar yang mengandung perak atau minyak esensial. 1

Diskolorisasi karena proses penuaan
            Diskolorisasi karena proses penuaan merupakan diskolorisasi ekstrinsik yang terjadi bersamaan dengan perubahan fisiologis instrinsik. Pada beberapa kasus, diskolorisasi ekstrinsik disebabkan oleh makanan atau minuman seperti teh, kopi, tembakau dan sebagainya. Perubahan fisiologis yang menyertai berupa penipisan email gigi dan pembentukan retak-retakan dan celah-celah kecil pada permukaan email gigi. 1
II.1.3 Mekanisme Diskolorisasi
            Masuknya sejumlah besar fluor selama pertumbuhan gigi mengganggu ameoblast dan mendorong terjadinya hipoplasia pada email yang sedang terbentuk. Setelah gigi erupsi, email yang porus sedikit demi sedikit berubah warna. Perubahan warna bervariasi dari putih seperti kapur sampai kuning muda dan coklat sampai hampir hiatam, bergantung pada derajat fluorosis (porositas email) dan jenis warna kimiawinya. 3

II.1.4 Pencegahan dan Perawatan diskolorasi
Diskolarasi pada gigi merupakan faktor yang sangat merugikan bagi penderitanya apalagi jika terjadi pada gigi anterior yang menarik perhatian sebagai titik pandang pertama ketika seseorang membuka mulut atau berbicara.
Gigi yang putih sangat menarik untuk dilihat, tetapi tidak banyak orang yang beruntung memiliki warna gigi yang sempurna. Dewasa ini banyak dijumpai pasien yang mengalami perubahan warna gigi, pewarnaan ini dapat hanya mengenai satu gigi, beberapa gigi,atau semua gigi. Selain itu, pewarnaan gigi dapat hanya pada permukaan saja, tetapi dapat juga melibatkan struktur gigi.
Ada beberapa cara penanggulangan perubahan warna yangterjadi pada gigi, misal nya dengan melakukan pelapisan/dengan pembuatan mahkota tiruan. Namun, dewasa ini metode bleaching lebih dianjurkan karena mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:
§         Dari segi estetis lebih baik karena tidak banyak dilakukan pengambilan jaringan keras gigi
Iritasi pada gingival dapat dihindari dengan :
§         Perawatan relative lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan mahkota tiruan
Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah warna sampai mendekati warna gigi asli dengan proses perbaikan secara kimiawi. Tujuan nya adalah untuk mengembalikan estetis penderita.1

II.2 KARIES OKLUSAL
            Karies oklusal merupakan lesi karies yang terjadi pada permukaan oklusal gigi posterior.
II.2.1 Faktor resiko karies

Saliva
            Adalah suatu cairan oral yang komplek yang terdiri atasd campuran sekresi dari kelenjar yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. 90% dihasilkan dari kelenjar submaksiler dan kelenjar parotis, 5% oleh kelenjar sublingual , dan 5% lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah yang kecil. Sebagian besar saliva ini di hasilkan pada saat makan, sebagai reaksi atas rangsang yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan. Pengeluaran saliva akhirnya akan berhenti pada saat tidur sebab ada manusia kelenjar liur tidak diproduksi jika tidak dirangsang. Pada dewasa 1-2 ml/menit saliva diproduksi, sedangkan pada penderita xerostomia < 0,1 ml/menit.2

Fungsi saliva:
·        Membentuk lapisan mucus pelindung pada membrana mukosa yang akan bertindak sebagai barier terhadap iritan dan akan mencegah iritan dan akan mencegah kekeringan.
·        Membantu membersihkan mulut dari makanan, debris sel, dan bakteri yang akhirnya akan menghambat pembentukan plak.\
·        Mengatur PH rongga mulut karena mengandung bikarbonat,fosafat dan protein amfoter. Peningkatan kecepatan sekresinya biasanya berakibat pada peningkatanPH dan kapsitas buffernya. Oleh karena itu, membrane mukosa akan terlindung dari asam yang ada pada makanan dan pada waktu muntah. Selain itu, penurunan PH plak, sebagai akibat ulah organisme yang asidogenik akan dihambat,
·        Membantu menjaga intgritas gigi dengan berbagai cara karena kandungan kalsium dan fosfatnya. Saliva membantu menyediakan mineral yang dibutuhkan oleh email yang belum sempurna terbentuk pada saat awal setelah erupsi gigi. Pelarutan gigi dihindari atau dihambat, dan mineralisasi dirangsang dengan memperbanyak aliran saliva. Lapisan glukoprotein yang terbentuk oleh saliva pada permukaan gigi (acquired pellicle) juga akan melindungi gigi dengan menghambat keausan karena abrasi dan erosi.
·        Mampu melakukan aktivitas anti bakteri dan anti virus karena selain mengandung antibody spesifik(IgA), juga mengandung lyzozyme, lactoferin, dan laktoperosidase. 2

Akibat penurunan produksi saliva
            Mukosa oral, tanpa daya proteksi dan lubrikasi saliva, akan mudah luka dan terkena infeksi, jika produksi saliva menurun, maka makanan yang membutuhkan pengunyahan banyak akan sukar dilakukan. Kemampuan berbicara juga akan menurun karena berkurangnya fungsi librikasi. Akumulasi plak akan meningkat dan akan terjadi modifikasi flora plak sehingga jumlah kandida, lactobacillus dan streptococcus mutans makin banyak. 2
Menstimulasi aliran saliva
Zat perangsang produksi saliva
1.      Permen karet atau permen isap asam
2.      Mouth lubricant (PH 2,0) dan lemon Mucilag (PH 2,8) kedua produk ini mengandung asam sitrat.
3.      Salivix yang berisi asam malat, gomarat, kalsium laktat, natrium fosfat, lylasin dan sorbitol.
4.      Pilocarpin hydroclorine dan asam nikotinat
Zat pengganti Saliva
Menyediakan ion-ion fosfat dan kalsium untuk membantu proses remineralisasi. 2

Daya anti karies saliva-buffer
a.       Aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga menaikkan tingkat pembersihan karbohidrat dari rongga mulut.
b.      Difusi komponen saliva seperti kalsium, fosfat, ion OH dan F ke dalam plak dapat menurunkan kelarutan email dan meningkatkan remineralisasi karies dini.
c.       Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan ammonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas penyangga dan pH saliva erat hubungan nya dengan kecepatan sekresi nya. Nilai pH kelenjar parotis meningkat dari 5,7 ketika saliva tidak terrangsang, menjadi 7,4 pada saat tingkat produksi sedang tinggi. Penngkatan tingkat kecepatan saliva juga mengakibatkan naiknya kapasitas buffernya.
d.      Beberapa komponen saliva yang tremasuk dalam komponen non immunologi seperti lysozyme, lactoperoxydase, dan laktoferin mampunyai daya anti bakteri yang langsung terhadap mikroflora tersebut sehingga derajat asidogenik nya berkurang.
e.       Molekul immunoglobin A disekresi oleh sel-sel plasma yang terdapat didalam kelenjar liur, sedangkan komponen protein lainnya diproduksi di lapisan epitel luar yang menutup kelenjar. Kadar keseluruhan immunoglobin A di saliva berbanding terbalik dengan timbulnya karies.
f.        Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan acquired pelide sehingga dapat membantu menghambatpengeluaran ionfosfat dan kalsium dari email. 2

Diet
Diet sangat berhubungan dengan karies. Seseorang mengosumsi gula berlebihan maka resiko terkena karies juga tinggi. Hal ini disebabkan bakteri di dalam mulut dapat meragikan sukrosa sehingga menurunkan PH plak yang dapat menyebabkan demineralisasi sehingga terjadilah karies pada gigi. Karies dapat terjadi jika konsumsi gula yang sering serta di konsumsi pada saat diantara waktu makan dan didukung oleh OH yang tidak baik. Ada beberapa makanan pengganti gula yang bersifat non karies seperti manitol, xylitol dan sorbitol yang aman untuk dikomsumsi. Selain mengkonsumsi gula, makanan/minuman yang asam juga berbahaya bagi kesehatan gigi. Contoh nya adalah minuman berkarbonasi dan jus buah. Konsumsi asam yang tinggi dapat meningkatkan kekuatan kosentrasi ion asam di permukaan gigi cukup untuk mempercepat demineralisasi. 2
Fluoride

Agar flour bisa diikat oleh email, maka flour tersebut harus diletakkan dalam bentuk flora apatit, dimana ion hidroksil di gantikan oleh ion flour. Flour yang diperoleh dari cairan jaringan selama periode pembentukan gigi dan dari saliva serta air minum pada periode pasca erupsi, diikat email dalam bentuk ini. 4

Oral Hygiene

Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi.OH dapat dilihat melalui skor nya,sebagai berikut:
0 : tidak ada debris
1 : debris hanya pada segitiga gingival
2 : debris melebihi 1/3 gingiva, tetapi kurangdari 2/3 gingiva
3 : debris melebihi dua pertiga gingival (menutupi hamper seluruh permukaan) 4

II.2.2 Etiologi

Karies oklusal merupakan karies yang terjadi pada permukaan gigi-gigi posterior. Gigi-gigi posterior dengan morfologi yang sedemikian rupa sangat rentan terhadap karies. Seperti pada pit dan fissure yang mudah tersangkut makanan  dan sulit dibersihkan dimana pit dan fissure itu hanya terdapat pada gigi-gigi posterior. Etiologi dari karies meliputi 4 hal yang terjadi bersamaaan yaitu mikroorganisme, substrat, host dan waktu.
            Mikroorganisme yang dapat menyebabkan karies adalah streptococcus mutans dan laktobasilus. Bakteri ini dapat memfermentasikan karbohidrat sehingga menimbulkan asam dan menyebabkan demineralisasi. Karbohidrat yang diasamkan oleh bakteri sangat berpengaruh terhadap diet seseorang. Jika konsumsi karbohidrat tinggi, maka resiko terkena karies juga tinggi. Hal ini juga sangat berpengaruh terhadap morfologi gigi, seperti pada bagian oklusal yang rentan terhadap karies. Dalam jangka waktu tertentu, maka karies pun dapat terjadi. 2

II.2.3 Dampak Karies Oklusal
Adanya karies oklusal dapat menyebabkan keterbatasan fungsi, seperti sulit mengunyah, merasa wajah kurang menarik, halitosis, makanan sangkut. Kemudian karies oklusal juga dapat rasa sakit fisik, nyeri, dan ngilu, ketidaknyamanan psikis seperti khawatir dan merasa menderita, disabilitas fisik (bicara tidak jelas, tidak merasakan enaknya makanan, tidak bisa menyikat gigi dengan baik, menghindari makanan tertentu, diet kurang memuaskan, terhenti makan karena gigi sakit), disabilitas psikis (tidur terganggu, merasa kesal, sulit merasa relaks, sulit berkonsentrasi), disabilitas sosial (menghindari keluar rumah, cepat marah dan sulit berinteraksi dengan orang lain), dan juga handikap (kesehatan memburuk, keuangan memburuk, gigi sama sekali tidak berfungsi). 5

II.2.4 Diagnosa berdasarkan Klasifikasi
Menurut Graham J. Mount dan W.R. Hume
Site
Site 1: pit, fissure, dan enamek pada permukaan oklusal gigi posterior atau permukaan lain yang halus.
Site 2: bagian aproximal enamel pada hubungan dengan area kontak dengan gigi yang berdekatan.
Site 3: bagian sepertiga servix dari mahkota, atau mengikuti penurunan gingival, akar tampak.
Size
Size 0: Lesi paling awal yang bisa diidentifikasi sebagai tahap  awal demineralisasi. Diperlukan rekam medik tetapi dapat diobati dengan mengeliminasi penyebab dan tidak membutuhkan pengobatan lebih jauh.
Size 1: Kavitas permukaan minimal dengan cakupan dentin tidak dapat diobati dengan remineralisasi saja. Beberapa bentuk restorasi diperlukan untuk merestorasi permukaan yang halus dan mencegah akumulasi plak lebih jauh.
Size 2: Cakupan lebih luas ke dentin. Preparasi kavitas tersebut menyisakan enamel yang didukung oleh dentin. Gigi yang tersisa cukup kuat untuk mendukung restorasi.
Size 3: Lesi semakin membesar. Struktur gigi yang tersisa tidak kuat dikeseluruhan hingga cusp dan edge insisal fraktur, atau cenderung rusak jika berada pada oklusal yang menerima beban lebih. Kavitas ini harus lebih diperbesar agar restorasi dapat di desain untuk mendukung struktur gigi yang masih tersisa.
Size 4: Karies yang meluas atau kehilangan sebagian besar dari struktur gigi.

Klasifikasi karies berdasarkan diagnostic dalam epidemiologi:
-Adanya lesi subclinical awal maka perawatan diagnostic baru.
-Lesi dapat terdeteksi hanya dengan perawatan diagnostic tradisional seperti: FOTI dan bitewings, maka perawatannya dengan bantuan diagnostic tambahan di klinik dan tes penelitian.
-D1, lesi terdeteksi di enamel, kavitas tidak ada.
-D2, adanya kavitas di enamel. Untuk D1 dan D2 maka perawatannya adalah tes klinik dan tes penelitian dan beberapa tes epidemiologi.
-D3, adanya lesi di dentin atau kavitas di dentin (baik terbuka maupun tertutup).
-D4, adanya lesi mencapai pulpa. Untuk D3 dan D4 maka perawatannya dengan perawatan epidemiologi secara klasik. 6

II.2.5 Pencegahan

1.      Kebiasaan menyikat gigi
a.       Dengan pasta gigi
Untuk menghambat proses karies dapat dipakai pasta gigi yang mengandung fluor atau memakai pasta gigi berfluor dikombinasi dengan cara aplikasi fluor yang lain.
b.      Dengan larutan fluor
Penyikatan gigi dengan larutan 0,2% NaF atau 0,8% Na2FPO3.
2.      Dental Health Education
a.       Petunjuk menggosok gigi
b.      Instruksi flossing; penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi idealnya flossing dilakukan sampaing menggosok gigi sebagai bagian latihan oral hygiene sehari-hari.
c.       Penyuluhan diet
d.      Penyuluhan gigi masyarakat
3.      Penggunaan fluor
a.       Sistemik
b.      Lokal
4.      Pemeriksaan oral hygiene
5.      Fisur sealant
Pada usaha awal-awal keberhasilannya terbatas karena adhesi bahan-bahan test pada email tidak cukup. Keberhasilan teknik sealing belakangan ini didasarkan pada penemuan bahwa adhesi akrilik dan resin komposit pada email bertambah besar jika di email di etsa terlebih dahulu dengan asam.
Prosedur : -bersihkan permukaan gigi
 -isolasi dan keringkan gigi
 -etsa email
 -cuci dan keringkan permukaan email
 -berikan resin
 -biarkan resin mengalami polimerisasi
-pemeriksaan lebih lanjut 4

II.2.6 Interpretasi Radiografik
Dapat dideteksi secara radiografis, hanya bila telah terjadi demineralisasi sebesar 30-50%.
Teknik radiografik
            Digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukaan gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar.
Teknik pemotretan yaitu : pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut. 7
Radiograf bitewing yang baik juga sangat diperlukan dalam menegakkan diagnosis. Pada tekinik ini sinar diarahkan tegak lurus terhadap sumbu gigi dan menyinggung titik kontak. Film diletakkan di sebelah lingual gigi posterior. Pasien menahan posisi tersebut dengan menggigit pegangan filmnya.  2
Interpretasi Gambaran Karies Oklusal
  • Ringan / dini mencapai email ( incipient caries)
Pemeriksaan radiografik tidak efektif untuk mendeteksi karies oklusal dini. Perubahan yang terlihat di radiograf adalah bayangan abu-abu halus di bawah DEJ.
  • Sedang / mencapai dentin (moderate)
Gambaran radiografiknya khas berupa daerah radiolusen tipis, meluas di daerah dentin, dengan atau tanpa perubahan yang jelas di daerah email.
  • Berat / mencapai pulpa (severe)
Karena sudah banyak jaringan dentin yang mengalami dekalsifikasi, maka email yang tidak didukung dentin akan pecah oleh tekanan kunyah. Terlihat berupa radiolusensi meliputi email dan dentin yang meluas di mahkota gigi. Terbukanya kamar pulpa tidak dapat ditentukan hanya dengan pemeriksaan radiografik saja. 8


II.2.7 Restorasi
Jenis Bahan Restorasi
Resin Komposit
Resin komposit dinamai resin tambalan direk tipe II dalam spesifikasi American Dental Association.
Istilah bahan komposit mengacu pada kombinasi tiga dimensi dari sekurang-kurangnya dua bahan kimia yang berbeda secara kimia dengan suatu komponen pemisah yang nyata di antara keduanya.
Kebanyakan bahan komposit saat ini menggunakan molekul BIS-GMA, yang merupakan monomer dimetilakrilat yang disintesis oleh reaksi antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat. Reaksi ini dikatalisasi oleh system amin-peroksida.
Klasifikasi resin komposit berdasarkan bentuk partikel dari pasi utamanya, yaitu: konvensional dengan ukuran partikel 8-12 mikrometer, Partikel kecil 1-5 mikrometer, pasi mikro 0,04 mikrometer, dan hybrid 1,0 mikrometer. 9

Glass Ionomer Cement (GIC)
Pada tahun-tahun belakangan ini telah dikembangkan sebuah metode untuk merestorasi gigi yang erosi tanpa membuat preparasi kavitas yang formal. Metode ini melibatkan penggunaan semen ionomer kaca. Sekali lagi, tidak ada preparasi kavitas yang dibuat, tetapi bonding dari bahan restorasi semen ionomer terhadap struktur gigi didapat dari adhesi kimia antara semen dengan satu atau lebih komponen email dan/atau dentin, bukan dengan bonding (ikatan) mekanis seperti pada metode resin etsa asam. GlC merupakan bahan restorasi estetis. Potensi perlekatannya ke kalsium gigi baik. GIC terutama digunakan sebagai bahan restorative untuk perawatan daerah erosi dan sebagai bahan penyemenan. Juga dapat digunakan sebagai basis walaupun sangat sensitive terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering. 9
Amalgam
Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Proses pencampuran merkuri dan alloi disebut amalgamasi atau triturasi. Amalgam sering digunakan sebagai bahan restorasi untuk bagian oklusal gigi-geligi dikarenakan sifatnya yang kuat. 9

Sifat Bahan Restorasi

Resin Komposit
-   Biokompatibilitas : Resin komposit yang baru diletakkan dapat melepaskan zat-zat kimia,
yang dalam preparasi kavitas dapat melalui tubulus dentin ke dalam pulpa sehingga menyebabkan reaksi inflamasi.
 -   Strength : Komposit dengan filler partikel yang lebih besar lebih kuat dalam tarikan dan
 tekanan daripada mikrofilled partikel.
-   Penghantar Panas : Mirip dengan struktur gigi asli dan lebih rendah dari logam. Secara biologi
mampu melindungi pulpa.
-   Water Sorbtion : Matrix resin menyerap air dari rongga mulut. Semakin besar bahan resin
semakin banyak diserap.
-   Radiopacity : Logam serupa lithium dan barium atau stronsium ditambahkan ke dalam pengisi
untuk membuat restorasi lebih opak saat dilihat pada radiografi. 10

GIC (Glass Ionomer Cement)
-   Biokompatibilitas : Sangat aman bagi jaringan lunak sekitar dan berbagai macam pulpa.
-   Perluasan Panas : Sama dengan struktur gigi.
-   Perlindungan Panas : Merupakan insulator yang baik, melawan panas yang berlebihan.
-   Kekuatan tekanan dan tarikan :Memiliki kelebihan pada ketahan terhadap tekanan yang tinggi
 tetapi lemah pada daya tarikan oleh karena itu sebaiknya digunakan pada daerah permukaan oklusal dan ujung insisal.
-   Radiopacity : Lebih radiopaque daripada dentin.
-   Warna : GIC lebih opaque dari komposit. 10
Amalgam
-   Toksisitas : Berpenetrasi dari restorasi ke dalam struktur gigi.
-   Tarnish : Oksidasi yang terjadi pada permukaan amalgam dan di bawah permukaannya. Itu
 terjadi dari kontak oksigen, klorida dan sulfida di mulut.
-   Corossion : Terjadi dari reaksi kimia antara amalgam dan substansi di saliva atau sisa
 makanan dlm oksidasi pada amalgam.
-   Strength : Amalgam adalah material terkuat restorasi direk. Amalgam mampu menahan
tekanan yang kuat, saat proses pengunyahan walaupun setelah bertahun-tahun sejak rstorasi pertama. 10

Cara Manipulasi Bahan
Resin Komposit
Bahan dapat dicampur pada lempengan kaca, tetapi komposit sangat abrasive sehingga bisa segera mengetsa permukaan kaca. Kedua pasta tidak boleh terkontaminasi silang, jadi harus digunakan ujung spatula yang berbeda. Katalis dan basis dalam jumlah yang sama ditempatkan pada kertas pad, yang membakukan polimerisasi dan hasil warna. Waktu polimerisasi sangat singkat, maka adonan tersebut harus dicampur menggunakan spatula disposibel sampai homogen dan siap untuk ditempatkan pada kavitas dalam waktu 30 detik. Hindari terperangkapnya udara karena menimbulkan masalah lebih besar disbanding pada resin akrilik nirpasi. Resin dikeraskan dengan sinar umumnya tersedia sebagai suatu pasta di dalam ampul atau compul. Bahan ini berpolimerisasi hanya bila bahan-bahan kimia yang menimbulkan polimerisasi diaktifkan dengan sinar yang mempunyai panjang gelombang tertentu. Jadi tidak dilakukan pengadukan komponen.
Bonding dentin
            Etsa asam dari email amat efektif dalam membentuk mekanisme bonding mekanis. Tindakan ini sekarang merupakan suatu prosedur yang dilakukan setiap kita menambal dengan tambalan resin. Jadi, kebocoran mikro atau hilangnya retensi tidak lagi merupakan masalah pada permukaan antara resin-email. Bahan bonding dentin yang pertama digunakan adalah system NPG-GMA, produk reaksi dari H-Pheryglycine dan glycidyl methacrylate. 9

Glass Ionomer Cement (GIC)
Setelah diisolasi, permukaan gigi dibersihkan dari plak dan debris dengan lumpur profilaksis non-fluor. Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 25% yang dapat membantu dengan aksi pembersihannya dan bisa membuang sebagiab smear layer, tetapi menyebabkan tubulus dentin tertutup. Untuk mudahnya dapat digunakan GIC dalam bentuk bubuk dan cairan prokapsulasi. Bahan ini diinjeksikan langsung ke kavitas, dan diperlukan triturator untuk pencampuran dalam kapsul. Bila adonan bubk dan cairan lebih disukai, harus dicampuri dengan cepat dalam perbandingan bubuk-cairan 3:1. Kemudian sebuah matriks logam lembut yang sudah dibentuk diletakkan pada gigi untuk membentuk kontur dan membatasi kelebihan semen. 9

Amalgam
Manipulasi pada amalgam dapat disebut amalgamasi.
Kapsul pratimbang meliputi suatu pemukul logam, yang menolong menggosok partikel selama penggoyangan untuk mengangkat permukaan oksida sehingga merkuri dapat bereaksi dengan logam terbuka yaitu perak, timah dan tembaga.
Maksud dasar selama pemampatan adalah menghilangkan ruang kosong di dalam kavitas atau lebih tepatnya untuk menekan seluruh udara keluar dari bahan dan mengisi sudut-sudut dan celah-celah dengan amalgam.
Bila pemampatan tetap siap dilakukan kandungan merkuri menjadi lebih rendah dan tampak dalam hasil akhirnya. Sewaktu tambahan berikutnya ditambahkan dan pemampatan dilanjutkan, merkuri di bawahnya akan tertarik ke permukaan dan dihilangkan. Massa yang tersisa kemudian diukir dan dibentuk seperti bentuk yang diinginkan sewaktu pengerasan mulai terjadi. 9


Dasar pertimbangan Pemilihan Bahan Restorasi
            Dasar pertimbangan pemilihan bahan bisa dilakukan dengan melihat sifat dari bahan tersebut. Berikut ini akan diuraikan beberapa kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi yang sering digunakan.
  1. GIC (Galss Ionomer Cement)
Kelebihan   : -ion mampu berikatan secara adhesi dengan struktur gigi
-                        terjadi pertukaran ion dengan struktur gigi
-                        adanya penyimpanan Fluoride
-                        baik dari segi estetik
-                        daya larut rendah
Kekurangan : - daya tahan rendah terhadap fraktur
-mengurangi saliva

  1. Resin Komposit
Kelebihan :  - Sangat sempurna dari segi estetik
-   adhesi dengan email baik
-   tidak terlalu mahal
-   manipulasi mudah
-   tersedia dalam berbagai variasi/ kegunaan yang berbeda
Kekurangan : dapat menyebabkan reaksi inflamasi.
  1. Amalgam
Kelebihan   : daya tahan kuat
Kekurangan: korosi

Dasar Pertimbangan Oklusi
            Oklusi merupakan hubungan static dari gigi aposisi saat berkontraksi. Kemudian pengerian ini berkembang bahwa oklusi juga berhubungan dengan pergerakan dari gigi aposisi selama fungsi pengunyahan, berkontraksi, mengunyah.
            Parameter artikulasi yang dikemukakan dalam Hanaus Quint:
-         sudut pergerakan (jalan) condyle
-         sudut insisal
-         bidang oklusal
-         kurva oklusal
-         sudut lereng cups

Yang dapat mengubah oklusi yaitu:
  1. kegagalan menggantikan gigi yang hilang
  2. erupsi berlebih gigi-gigi
  3. carving berlebihan pada permukaan oklusal
  4. anatomi oklusal yang terlalu dalam
  5. lereng cups yang tinggi

Harmoni oklusal dari restorasi
  1. mengembalikan penyangga posterior
penting untuk membangun penyangga sampai terbentuknya 8 unit dan stabil.
  1. mengembalikan dimensi vertical
jika hanya tersisa kurang dari 8 unit penyangga posterior, umumnya dapat menghilangkan tingginya. Jika unit normal tidak mungkin hilang dimensi. 6
II.3.1 Nyeri
 Nyeri berdasarkan kedalaman karies
  1. Karies email : lesi dini. Karies baru mencapai email. Email merupakan jaringan yang sama sekali tidak peka dan rangsang yang sampai pada daerah tersebut tidak berubah. Jadi, disini belum dirasakan adanya rasa nyeri.
  2. Karies dentin : karies mencapai dentin. Rangsang pada email diteruskan ke dentin bagian luar, kemudian kanalikuli dentin sampai ke reseptor. Kemudian rangsang pada serabut saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh serabut saraf.
  3. Karies pulpa : karies sudah mencapai pulpa. Menimbulkan rasa sakit walaupun tidak diberikan rangsangan. Biasanya terjadi pendarahan.

Etiologi Nyeri
Nyeri pada gigi biasanya muncul karena adanya rangsangan pada gigi. Namun, peradangan pulpa bisa juga disebabkan o;eh beberapa hal lain seperti gigi berlubang, trauma, infekasi pasca pencabutan gigi.
·        Nyeri Kunyah
Gigi yang mempunyai permukaan kunyah yang lebih tinggi umumnya dimiliki oleh gigi yang baru ditambal. Nyeri karena tekanan yang berlebihan disalurkan melalui akar ke jaringan penyangga gigi.
·        Gigi Sensitif
Dentin sangat sensitive dalam keadaan terbuka, sehingga mudah terangsang oleh dingin, panas, manis dsb.
Nyeri yang timbul merupakan reaksi yang sementara dari pulpa dan dentin yang terbuka.

Mekanisme Nyeri
Bakteri menghasilkan produk bakteri. Produk bakteri akan merangsang sel endotel di dinding pembuluh. Lalu akan menghasilkan e-selektin. E-selektin merupakan produk radang dan menarik PMN leukosit ke  tepi (marginasi). Leukosit dilekatkan oleh ICAM ke pembuluh darah (Adhesi). Setelah itu kapiler meningkat olehC3a dan C5a. sel leukosit ditarik oleh C3a dan C5a keluar kedaerah lesi (migrasi), kemudian darah keluar sehingga daerah lesi bewarna merah (rubor). Terjadi penumpukan eksudat cairan di daerah lesi tampak bengkak (tumor) cairan yang menumpuk tersebut akan menekan saraf sehingga terasa nyeri. 11

II.3.2 Histopatologi
Histopatologi Karies
Zona I: Zona translusen (terletak paling dalam) dibandingkan dengan email normal, zona tranlusen lebih porus, yang disebabkan oleh proses demineralisasi.  Volume pori email sehat berkisar pada 0,1% sedangkan zona translusen kira-kira 1%
Zona II: Zona gelap (terletak di atasnya) tampak di zona ini ukuran pori-porinya bervariasi yang besar dan kecil.
Zona III: Badan lesi terletak di antara zona gelap dengan permukaan email yang tampaknya tidak rusak dan merupakan zona paling besar.
Zona IV: Zona permukaan(relative tidak terganggu)volume pori-pori zona ini berkisar pada 1%.2

Histopatologi Gingivitis
Pada awalnya gingivitis dapat terjadi disebabkan adanya bakteri. Bakteri tersebut dapat memproduksi beberapa factor penyerang yang nantinya dapat merangsang reaksi imun dan inflamasi. Inflamasi ini kemudian dapat menyebar dari daerah awal ke sekitar leher gigi. Pada gingivitis terjadi peningkatan aliran cairan gingival dan migrasi poli morfo nuclear, dan menyebabkan perubahan pada epithelium junction. 15




II.3.3 Plak dan Kalkulus
Definisi plak gigi
            Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri berserta produk-produknya, yang termasuk pada semua permukaan gigi. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang dibersihkan. 2
Definisi kalkulus
Kalkulus disebut juga tar-tar, yaitu suatu lapisan deposit (bahan keras yang melekat pada permukaan gigi) mineral yang berwarna kuning atau coklat pada gigi karena dental plak yang keras. Struktur kalkulus yang kasar mudahkan timbunan plak. 16

Etiologi plak gigi
Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan organic yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri pada permukaan gigi. 2
Etiologi kalkulus
Etiologi plak gigi disebabkan oleh plak yang bertahan lama, kalsifikasi plak, dan waktu. 16

Mekanisme plak gigi
            Bakteri mula-mula menghuni pelikel terutama berbentuk kokus. Organisme tersebut tumbuh berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra-sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain. Dalam beberapa plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme. Akhirnya, flora plak yang tadinya di dominasi oleh bentuk kokus berubah menjadi flora campuran yang terdiri atas kokus, batang, dan filamen. 2

Mekanisme kalkulus
Setelah menyikat gigi, pada permuakaan gigi akan terbentuk lapisan bening dan tipis disebut pelikel. Pelikel ini belum di tumbuhi kuman. Apabila pelikel sudah ditimbuhi kuman disebutkan plak. Plak yang dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi (berkaitan dengan kalsium) dan mengeras sehingga menjadi karang gigi. Mineralisasi plak mulai di dalam 24-27 jam dan rata-rata butuh 12 hari untuk matang.

Pencegahan dan Perawatan pada Gigi
Pecegahan plak dan kalkulus dapat dilakukan dengan menjaga oral hygiene yang baik, seperti menyikat gigi dengan benar, melakukan flossing, control plak dan sebagainya. Apabila plak tidak terdalam lama dan terklasifikasi di gigi maka tentu saja kalkulus tidak akan terbentuk. Perawatan dapat dilakukan dengan cara mekanis yaitu pembuangan plak. 2
Pemeriksaan Plak dan Kalkulus
Pemeriksaan plak dan kalkulus dapat dilihat skornya dengan melihat indexnya.
Menurut Sillness dan Loe 1964
Index plak
0 = tidak ada
1 = terdapat plak pada probe (tidak terlihat mata)
2 = plak terlihat mata
3 = jumlah plak banyak

Index kalkulus
0 = tidak ada kalkulus
1 = kalkulus supragingiva
2 = kalkulus subgingiva
3 = kalkulus supragingiva + subgingiva

Skor =

Oral Higiene =





II.3.4 Gingiva
Edema
Edema adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya penyamarataan atau penempatan penambahan cairan dalam jaringan yang menyebabakan terjadinya pembengkakan  pada jaringan tersebut. 14
Etiologi Edema :
1)      Kasus sistematik
a.       Meningkatkan tekanan Hidrostatis
-          Pembasahan perikardinal
-          Penyakit
b.      Perubahan permiabelitas kapiler dan pembesaran alveolar
-          Pengeluaran histamine
-          Luka bakar
-          Obat-obatan
-          Serum
c.       Menurunnya tekanan onkotik
1. Menurunnya sintesis Albumin
-          Malnutrisi
-          Luka bakar
-          Malabsorbsi
-          Penyakit
2.  Berkembangnya Kehilangan Albumin
-      Hipoproteinemik
-      Penyakit ginjal
2)   Kasus local
                        -    Trombosit venous
                        -    Ketidakmampuan vaskularisasi vena
                        -    Trauma
                        -    Selulitis
                        -    Limphadema
                        -    dan lain-lain 12




Proses terjadinya edema
gingivitis
Gingivitis merupakan penyakit periodontal stadium awal berupa peradangan pada gingival, termasuk penyakit paling umum yang sering ditemukan pada jaringan mulut. 13
Gingivitis merupakan perubahan patologis yang disertai adanya tanda-tanda inflamasi. Gingivitis dapat dikenal dengan istilah gusi bengkak atau meradang. Mikroorganisme mampu menghasilkan produk berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan pada epitel dan sel-sel jaringan penghubung yaitu seperti kolagen, dan sebagainya.
Gingivitis dapat disebabkan beberapa hal, diantaranya kebersihan mulut yang buruk, penumpukan karang gigi, dan efek samping dari beberapa obat-obatan tertentu yang diminum secara rutin.
Hasil pelebaran dari sel-sel junctional epitelium pada awal terjadinya gingivitis adalah merupakan tempat masukknya agen yang berbahaya yang berasal dari bakteri atau bakteri itu sendiri akan menyebar ke jaringan penghubung .
Gingivitis terdiri dari 3 tahap :
1)      GINGIVITIS TAHAP I
Terjadi pelebaran pembuluh darah hal ini merupakan awal terjadinya gingivitis, akan tetapi secara klinis belum terlalu jelas (sub klinis). Gambaran histologi : leukosit dan netrofil PMN meninggalkan kapiler dengan cara bermigrasi melewati dinding kapiler sehingga jumlahnya meningkat pada jaringan penghubung Junctional epitelium dan sulcus gingiva.

2)      GINGIVITIS TAHAP II
Tanda klinis: Adanya kemerahan ( hiperemi sudah terlihat ) terjadinya pendarahan pada saat probing.
Histologi : infiltrasi leucosit dalam jaringan konektive dibawah junctional epitelium leukasit +_ 75% dan netrofil yang bermigrasi sebagai mana juga sel-sel plasma.

3)      GINGIVITIS TAHAP III
Bertambah beratnya lesi inflamasi, aliran darah bertambah lambat, warna gingiva menjadi merah kebiruan. Perbedaan gingivitis tahap II dan III.
Meningkatnya jumlah sel plasma yang berubah menjadi sel inflamasi sel plasma akan menginvasi ke konective tissue tidak hanya dibawah junctional epitelium , akan tetapi ke jaringan yang lebih dalam sekitar pembuluh darah terjadinya pelebaran pada junctional epitelium dan pada ruangan interseluler diisi dengan granuler seluler yaitu lisosom yang berasal dari netrofil yang hancur, limfosit dan monosit, lisosom ini mengandung asam hidrolase yang dapat merusak komponen jaringan. Aktivitas genolitic meningkat pada inflamasi jaringan gingiva oleh enzim kologenase. Enzim kologenase ini secara normal terdapat pada jaringan gingiva yang dapat di produksi oleh beberapa bakteri yang berada di dalam mulut dan oleh PMN.

Dampak
Jika tidak diobati akan meninggalkan bekas atau meningkat  mengakibatkan periodontitis kronis.
Dapat berupa tanda-tanda klinis:
1. Adanya pendarahan pada gingiva
2. Perubahan warna gingiva
3. Perubahan tekstur pemukaan gingiva
4. Perubahan posisi dari gingiva : resesi dan attofi gingiva
5. Perubahan kontur dari gingiva
6. Adanya rasa nyeri 14

Perawatan
Petunjuk menggosok gigi dan penggunaan pembersih interdental, scaling supragingiva, pembersihan plak, scaling subgingiva. 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar