Kali ini Faiz kembali dibuat bingung dengan sikap Meta yang tiba-tiba meneleponnya dan mengatakan bahwa ia ingin melupakan Faiz untuk selamanya. Tentu saja hal ini membuat cowok cool itu merasa begitu aneh. Selama ini Faiz memang menyimpan rasa pada Meta dan Faiz pun tau bahwa Meta juga punya rasa yang sama terhap dirinya. Beberapa kali Meta sempat memancing Faiz untuk dapat jujur tentang perasaannya terhadap Meta, tapi memang dasar Faiz yang jaim,rasanya begitu susah baginya untuk mengungkapkan semuanya pada Meta. Hingga saat ini, Meta merasa sudah tidak bisa menunggu lagi perubahan dari sikap Faiz yang dingin itu, dan Meta memutuskan untuk melupakan Faiz.
Faiz masih terus membaca berulang-ulang sms yang dikirim Meta padanya
“ Mlm Faiz, maaf jk tb2 hrs sms aneh spt ini, tp aq mrsa ini pnting untk kt, utk ktnngan jln qm n aq nanti. Aq tau psti slma ini qm udh tau ttg prasaan aq trhdap qm, mngkn aq yg trlalu geer mrsa qm pun mrskn hal itu pdku, tp nytanya qm gk prnh blng apa2 ke aq. Mlai saat ini aq ingn mmperjels prsaanku itu, aq akn mlupakan semua rs trhdpmu itu.”
Faiz menarik nafas dalam-dalam setelah membaca sms Meta tersebut.
“Cewek itu gk mau ‘digantungin’, Bro. Kalau memang lo suka ya bilang aja,ngapain lo jaim,bilang aja sama dia,lagian kayaknya Meta juga suka tuh sama lo.” Sesaat Faiz teringat lagi oleh kata-kata sahabatnya beberapa waktu lalu.
“ Aku gak ‘gantung’ dia, Aku cuma lagi mencari waktu yang tepat untuk mengatakannya. Tapi,kenapa dia gak bisa menunggu sesaat lagi, setidaknya sampai aku pulang dan kembali menemuinya.” Faiz bergumam sendiri sambil menyesali semua sikapnya, menyesali keputusan Meta. Apapun yang akan dilakukannya kini,semua cita-cita besar yang akan dipersembahkan untuk cinta pertamanya itu kini sudah pupus.
Sementara jauh dari tempat Faiz, Meta sedang termenung di tempat tidurnya. Lagu patah hati Dewi Lestari Feat Aki Alexa diputar berulang-ulang di MP3 playernya.
“....Tiada yang tersembunyi,tak perlu mgingkari
Rasa sakitmu, rasa sakitku
Tiada lagi alasan,inilah kejujuran
Pedih adanya,namun ini jawabnya
Lepaskanku segenap jiwamu,tanpa harus kuberdusta
Karna kau lah satu yang ku sayang dan tak layak kau didera.......”
Kali ini Meta merasa sudah begitu yakin untuk mengakhiri semua mimpi-mimpi tak pastinya bersama Faiz.
“Apalagi yang harus ditunggu, Iz. Udah 2 tahun lebih dan rasa itu belum terungkap. Akh, aku udah jenuh menanti.”
Kring...kring..kriiiiingg......
“ Halo...!”
“Halo, Ta, ni Radit. Lagi ngpain? Ikut jalan-jalan yok, kebetulan anak-anak pada ngajak jalan-jalan ni, rame-rame..”
“Oh,iya,ikutlah,bosan juga di rumah terus.”
“Ok, siap-siap terus biar aku jemput.”
“Ok!”
Meta menutup telepon dengan persaan bahagia. Akhir-akhir ini hubungannya semakin akrab dengan Radit. Cowok itu memang teman yang menyenangkan baginya. Tapi,akhir-akhir ini Meta merasa ada yang aneh dengan perasaanya terhadap Radit.
“Hmm...Apa aku jatuh cinta ya sama Radit? Akh, entahlah, yang penting, SLAMAT TINGGAL MASA LALU, AKU KAN MELANGKAH..”
v
“ Wey, jangan pacaran aja!” Meta berteriak menggoda kedua temannya, Feli dan Bobi yang dari tadi asyik bercanda berdua. Ya...semua anak-anak gank Meta sih memang suka jodoh-jodohin Feli dan Bobi, anak-anak sering bilang kalau tu makhluk berdua udah klop banget dech, kayak gak bisa dipisahin lagi. Menanggapi hal itu, Bobi sih senang-senang aja, scara tu anak mank udah pernah ‘nembak’ Feli. Tapi,ditolak sama Feli dengan alasan menghargai persahabatan. Walaupun gitu,ujung-ujungnya tetaaaap aja mesra tu makhluk berdua. TTM, Teman Tapi Mesra..!
“Iya nie, asik pacaran aja dari tadi, di sini bnyak orang tau!” Agus dan Indah yang dari tadi diam,ikut-ikutan ngejek.
“ yee...paan sih kalian,sirik aja liat orang.”Bobi menggapi ejekan anak-anak.
“ciee.....hahaha...” semua ketawa mendengar pembelaan dari Bobi.
“yaudah,jadi gak ni kita piginya?”
“Ok,ayo kita menuju puncak kebebasaaaan..hahahaha...”
“Meta bareng Radit aja ya?”
“Sip!”
Jalan-jalan mencapai puncak kebebasan kali ini memang terasa lebih menyenagkan bagi Meta. Sejak pertama diboncengan Radit, Meta tersenyum begitu bahagia.
“ Senyam-senyum dari tadi, senang ya jalan-jalan hari ini?”
“ Sok tau, mank nampak apa aku kan dibalakng kamu”
“ya,aku kan bisa ngerasainnya”
“Haaa...Radit!”
“Hahaha...eh, liat deh tu bobi ma feli.”
“Kenapa, nyesel ya udah biarin feli dibonceng sama bobi?”
“Hah, apaan, gak da hubungannya sama aku”
“Alah, bilang aja kamu cemburu, kamu suka kan sma feli?”
“Wah,mulai ngaco deh makhluk di belakang aku ini.”
“Enak ya jadi feli, udah cantik, pintar, banyak yang suka lagi.”
“Tiap orang punya kelebihan masing-masing. Kamu juga beruntung.”
“Beruntung? Apanya?”
“Karena kamu di sayangi oleh...ehem...ehem..”
“Pa an tu? Ehem-ehem.”
“Ada deh, ntar juga kamu akan tau”
“apaan? Kasitau sekarang!”
“Hahahaha....”
Tawa Radit dan Meta yang riang sempat menarik perhatian kawan-kawan lainnya yang berkendara di sekitar mereka.
“Kayaknya akan ada pasangan baru tu,Fel.” Bobi berhipotesa.
“Oh, ya? Mungkin.” Feli menggapi seadanya, sebenarnya ada sedikit rasa perih di hatinya melihat Radit dan Meta yang bercanda riang di sepanjang perjalanan.
Perjalan yang lumayan jauh itu memberi kesan tersendiri bagi Meta dan teman-teman lainnya. Yaa...perjalanan menuju puncak kabebasan yang akhirnya telah tiba dijangkau dalam waktu 2 jam. Suatu bukit indah penuh ilalang, itulah puncank kebebasan yang dimaksud. Mereka bisa berteriak, bernyanyi, bercanda riang tanpa mengganggu orang lain.
“ Aaaaaa....puncak kebebasan, kami dataaaaang...!!” Indah berteriak riang karena tempat yang di tuju berhasil dicapai.
“ Udah lah, jangan mencicit di sini! Hahaa....”
Indah cemberut sambil mengejar teman-teman yang mengejeknya. Hanya Meta dan Feli yang luput dari kejaran balas dendam Indah.
“ Perjalanan hari ini menyenangkan ya?” Feli memecah kesunyian antara dia dan meta, sementara yang lain sedang asyik berlari-lari, jauh dari mereka berdua.
“ Eh, iya, aku senang banget hari ini!” Meta agak terkejut dengan pertanyaan Feli yang tiba-tiba.
“ Karena ada Radit?”
Pertanyaa Feli barusan lebih membuat Meta terkejut.
“ Ngomong apa sih? Karena ada kalian semua lah, teman-temanku tercinta” Meta mencoba menenangkan diri.
“ Utamanya ada Radit, kan?”
Meta tidak menjawab pertanyaan Feli kali ini.
“Eh, Ta, sebenarnya kamu suka kan sama Radit?”
“ Bukannya itu kamu, Fel? Walaupun kamu senang menikmati kedekatan kamu sama Bobi, tapi sebenarnya kamu suka Radit, kan? Kamu dan Radit memang cocok, Fel!”
“ Oh,ya? Kamu merasa aku seperti itu?”
“ Tapi iya kan?”
“ Ntahlah, karena aku rasa Radit lebih nyaman waktu bareng kamu. Tapi, sebenarnya kamu suka gak sama Radit?”
“aku? Hah, asal kamu tau, Fel, sampai saat ini hati aku masih di isi oleh seseorang. Walaupun aku sedang coba untuk lupain dia, tp tetap aja dia gak akan mudah hilang begitu aja.”
“oh, gitu ya?” Feli tersenyum bahagia mendengar penjelasan Meta. Dan perjalanan hari itu masih menyimpan kesan bahagia bagi semuanya.
v
Lagi-lagi Meta melamun di kamar. Yang membuatnya bingung kali ini bukan kali Faiz yang tak kunjung datang memberi kabar untuknya. Tapi ini tentang radit dan feli.
Alun-alun suara vocalis Vierra membawanya masuk lebih dalam ke lamunan.
“Ku suka dirinya, mungkin aku sayang
Namun apakah mungkin kau menjadi milikku
Kau pernah menjadi, menjadi miliknya
Namun salah aku, bila ku pendam rasa ini”
Tiit..tiit, satu pesan diterima :
“ Ta, gi paen?”
“ Gak ada, di rumah ja”
Tiit..tiit, satu pesan diterima :
“ Boleh ke rumah gak? Kalo boleh, buka pintunya sekarang dong!”
Meta bingung membaca sms terakhir tersebut, namun cepat-cepat dia menuju ke ruang depan dan membuka pintu.
“Hai” terlihat Radit di sana memasang senyum terindahnya.
“Radit? Bikin orang bingung aja”
“ Hm...gak bole masuk ni?”
“ Oh, sorry, iya, masuk deh, silakan duduk. Oya, mau minum apa?”
“ Gak usah, Ta, aku buru-buru. Aku ke sini Cuma mau bilang sesuatu yang penting sama kamu. Duduk aja dulu”
“Benaran gak mamu minum?”
“ Iya”
“ Yaudah lah, kalau kamu memaksa, mau ngomong apa?”
“ Aku suka sama kamu”
“haaaahh...” Meta agak terkejut mendengar kata-kata yang barusan diucapkan Radit. “AKU SUKA SAMA KAMU”
Meta hanya diam, dia tidak menjawab, satu sisi dia merasa senang, tapi di sisi lain dia ingat lagi pada Feli, teringat akan semua ucapannya kepada Feli kemarin. Meta bingung.
“Aku gak suruh kamu jawab kalau kamu juga suka sama aku atau gak, aku Cuma mau nyampein perasaan aku aja. Ok, lah, karena udah siap aku pulang ya?” Radit bangun dari duduknya dan beranjak keluar rumah.
“Dit, akuuu.......aku juga”
“ Aku udah tau itu, makasih ya, aku senang banget, pulang dulu ya.” Seketika Radit beranjak pergi sambil tersenyum bahagia. Dan Meta, dia masih bingung berdiri di pintu, bingung dengan ucapannya barusan, bingung dengan memikirkan apa yang harus dikatakan pada Feli nantinya.
Baru saja Meta hendak menutup pintu,tiba-tiba kali ini Bobi muncul di depan rumahnya.
“Hai,Ta.”
“Iya, da pa, Bob? Oh,ya, masuk dulu yok!”
“Ok,makasih”
“ Ada apaan nie jadi?”
“ Entahlah, aku lagi mu curhat aja sama kamu”
“ Tentang?”
“Feli. Gimana dulu,Ta aku dah berkali-kali ‘nembak’ dia tapi tetap aja dia gak mau terima aku, tapi sikap dia selalu akrab sama aku.”
“ Iya, aku juga bisa liat gimana mesranya kalian..hahaha”
“Udahlah, Ta, jangan ejek aku. Kenapa ya dia gak bisa terima aku jadi pacarnya,karena aku kurang baik? Atau...”
“Atau dia ternyata punya seseorang yang dia sayang,selain kamu.”
“Maksud kamu?”
“Aku kira lebih bagusnya tanya sendiri ke Feli,Bob. Dia punya feel atau gak ke kamu.”
“ Kalau jawabanya gak?”
“ Artinya kamu harus terima itu”
“Akh,aku bingung,Ta?”
“Sama, aku juga bingung!”
“Kamu? Kenapa?”
“Hmm...gak ada koq, gara-gara kamu bingung,jadi aku ketularan.”
“yaah, aku kira apa.”
“Hee...” Meta hanya bisa nyengir, gak mungkin dia mengatakan sama Bobi kalau ternyata di bingung berada diantara Radit dan Feli. Biar Bobi tau sendiri dari Feli kalau ternyata Feli menyukai Radit,bukan Bobi.
v
Kelas hari ini berakhir lebih cepat dan Meta sudah mempunyai rencana untuk mengisi waktu kosongnya sekarang.
“ Gimana, Ready?” Radit telah menunggunya dari tadi. Meta pergi ke toko buku bersama Radit, kencang pertama katanya.
“Ok, ayo!”
Kereta Radit pun melaju, membawa mereka dalam suasana suka cita.
Setiba di toko buku Meta segera menuju ke tempat buku yang ingin dicarinya.
“ Ta, aku ke sana bentar ya?”
“Ok”
Radit beranjak beberapa langkah menjauh dari tempat meta, meninggalkan meta sendiri yang sedang asyik mencari buku.
“ Hai, Meta” hilir suara memecah konsentrasi Meta. Dipalingkan wajahnya dan betapa terkejutnya dia saat melihat sosok yang ada di depannya kini.
“Apa kabar?”
“Eh,baik,” meta mencoba menguasai dirinya.
“ Lama ya kita gak jumpa? udah 2 tahun lebih.”
“Iya,” meta gugup dan kehilangan kata-kata lain untuk menjawab.
“ Tapi tetap sama saja, 2 tahun lebih tidak akan membuatku bisa melupakan begitu saja tentang metaku yang kutinggalkan di sini dulu.”
“tapi itu dulu,Iz. Sekarang udah berubah.”
“Ya, aku tau, mungkin saat ini udah ada seseorang yang datang padamu dan dengan lantang mengatakan bahwa dia suka sama kamu,dia sayang dan cinta sama kamu, iya kan?”
“Ya, setidaknya dia lebih baik dari kamu”
“ Entahlah, Ta, mungkin aku bodoh dalam hal ini. Tapi sekarang aku akan mengakui semuanya kalau aku sayang, aku cinta sama kamu.”
“Seharusnya bukan sekarang kamu bilang kata-kata itu,semuanya udah terlambat”
“Tapi aku yakin kalau jauh di hati seorang Meta yang terdalam, masih ada aku di sana, yang gak akan pernah terganti oleh siapapun,” Faiz berkata serius. Ya, sesaat memang terjadi suatu percakapan yang serius di antara mereka. Percakapan yang didengar secara seksama oleh Radit dari awal. Hingga tiba-tiba percakapan yang serius itu dirusak oleh kedatngan Feli dan Bobi.
“Udah,lah, Fel, aku udah terima semuanya kalau kamu gak menerima cinta aku karena kamu sebenarnya suka sama Radit, jadi kenapa sekarang kamu gak bisa terima kalau Radit lebih memilih meta?” Bobi mencoba menarik Feli yang menuju ke tempat Meta berada.
Dan saat Feli berada tepat di depan Meta, Feli memeluk erat meta “ Aku gak pernah mempermasalahkan Radit yang memilih kamu,Met, tapi aku juga ingin agar metaku bisa tersenyum dan bebas dari dari bayang-bayang penantian cinta 2 tahun yang sia-sia”
“ Penantian cinta 2 tahun itu gak pernah sia-sia,”tiba-tiba Faiz bersuara membela diri.
“ Aku selalu memberi kamu pilihan dan gak pernah memaksa, apalagi perasaan. Antara aku dan Faiz, aku ingin kamu menentukannya. Aku gak akan marah seandainya mungkin aku hanya pelarian sesaat untuk kamu selama ini, “ Radit yang dari tadi bersembunyi akhirnya memberikan somasi,pilihan yang berat untuk Meta.
Bobi,Feli,Radit,Meta dan Faiz, semuanya seolah seperti berada dalam satu kotak cinta segilima. Ada banyak luka yang akan tercipya di sana jika ada satu saja keputusan yang salah.
Dan keputusan terakhir itu ada pada Meta. “ Ok, untuk saat ini, aku ingin mencintai kalian semua sebagai teman-teman terbaikku, sahabat tersayangku,apa kalian keberatan dengan itu?”
Feli tersenyum memeluk Meta,” Kami gak akan pernah keberatan dengan pilihan itu,Ta. Kami semua juga sayang sama kamu.”
“ Aku selalu bilang kalau aku gak pernah memaksa, itu pilihan kamu, dan aku akan terima. Toh,pada kenyataannya aku memang sayang sama kamu.” Radit mencoba bijak menerima keputusan Meta.
“Dan aku juga gak akan mengungkit lagi cerita lama itu, semua akan kita mulai dari baru, dari persahabatan kita.” Faiz pun menerima dengan lapang pilihan Meta.
“Kami selalu sayang sama kamu,Ta”
“ Makasih ya, semuanya, I love you all”
“I LOVE YOU FULL,HAHAHHA....”
Kotak cinta segilima itu kini menjadi ikatan yang indah oleh keputusan Meta, Satu ikatan persahabatan tulus dari hati mereka.
SELESAI