Sabtu, 18 Februari 2012

PERAN GINJAL TERHADAP HOMEOSTASIS TUBUH

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat – zat yang tidak tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat – zat yang masih dipergunakan oleh tubuh.
Ginjal melakukan dua fungsi utama, pertama mengekskresikan sebagian besar produk akhir metabolisme tubuh, dan kedua mereka mengatur konsentrasi kebanyakan unsure cairan tubuh. Dalam makalah ini membicarakan prinsip-prinsip pembentukan urina dan terutama mekanisme ginjal mengekskresikan produk air.
Dengan pembahasan ini diharapkan makalah ini dapat membantu proses belajar mengajar yang efektif dan memudahkan dalam mempelajari tentang mekanisme pembentukan urine. Terutama dengan kita ketahui tentang mekanisme pembentukan urin maka, kita dapat lebih mudah mengetahui gangguan apa saja yang mungkin untuk terjadi dalam proses mekanisme pembentukan urine.
Makalah ini mencoba menyajikan pembahasan-pembahasan yang ringkas dan mudah dimengerti, sehingga pembaca lebih mudah untuk mengerti mekanisme pembentukan urine dan gangguan-gangguan apa saja yang mungkin terjadi serta intervensi yang harus dilakukan jika terdapat gangguan-gangguan mekanisme pembentukan urine.

B. TUJUAN
Adapun tujuan mengapa kami membahas mekanisme pembentukan urin adalah tidak lain agar dapat mengetahui dan memahamai tentang mekanisme pembentukan urine, gangguan-gangguan apa saja yang mempengaruhi perubahan mekanisme pembentukan urine sehingga diketahui bagaimana intervensi yang harus dilakukan perawat saat merawat pasien yang mengalami gangguan pada mekanisme pembentukan urinenya.







 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam seuah kandung kemih untuk penampungan sementara dan ureter yang megalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Ginjal adalah organ berbentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.
Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
a. korteks (bagian luar)
b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal).

PERAN GINJAL TERHADAP HOMEOSTSASIS TUBUH
Ginjal berperan dalam homeostatis secara lebih ekstensif dibandingkan dengan organ –organ lain. Ginjal mengatur komposisi elektrolit, volume dan pH lingkungan internal dan mengeliminasi semua zat sisa metabolism tubuh, kecuali CO2 yang dikeluarkan oleh system pernapasan. Ginjal melaksanakan fungsi pengaturan ini dengan mengeliminasi zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh melalui urin, misalnya zat sisa metabolism dan kelebihan garam / air, sementara menahan zat yang bermanfaat bagi tubuh. Organ ini juga mampu mempertahankan konstituen – konstituen plasma yang konsentrasinya dijaga dalam rentang sempit agar tidak megganggu kehidupan walaupun pemasukan dan pengeluaran konstituen – konstituen tersebut dari jalan lain sangat bervariasi.
            Berikut ini adalah cara – cara spesifik yang dilakukan ginjal untuk membantu homeostasis
            Fungsi Regulasi
  • Ginjal mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar elektolit CES ( Cairan Ekstrasel ), termasuk elektolit-elektolit yang penting untuk mengatur eksitabilitas neuromuskulus
  • Ginjal berperan  mempertahankan pH yang sesuai dengan mengeliminasi kelebihan H+ ( asam ) / HCO3 ( basa ) dalam urin
  • Ginjal membantu mempertahankan volume plasma yang sesuai untuk pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri dengan mengontrol keseimbangan garam dalam tubuh
  • Ginjal mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh yang penting untuk mempertahankan osmolitas ( konsentrasi zat terlarut ) CES yang sesuai.

            Fungsi Eksresi
Ginjal mengeksresikan produk – produk akhir, metabolisme dalam urin. Zat – zat sisa ini bersifat toksik bagi tubuh apabila tertimbun
Ginjal juga mengeksresikan banyak senyawa asing yang masuk ke dalam tubuh

            Fungsi Hormonal
Ginjal mensekresikan eritropoiein, hormon yang merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang. Fungsi ini berperan dalam homeostasis dengan membantu mempertahankan kandungan O2 yang optimal  di dalam darah lebih dari 98 % O2 dalam darah terikat ke hemoglobin di dalam sel darah merah
Ginjal juga mensekresikan renin, hormon yang mengawali jalur renin angiotensin-oldosteron untuk mengontrol reabsorpsi Na+ oleh tubulus yang penting dalam pemeliharaan jangka panjang volume plasma dan tekanan darah arteri
           
            Fungsi Metabolisme
Ginjal membantu mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Vitamin D penting penyerapan Ca ++ dari saluran pencernaan, kalsium, sebaliknya memiliki banyak fungsi homeostatik.

STRUKTUR INTERNAL GINJAL
  • Hilus (hilum). adalah tingkat kecekungan tepi medial ginjal.
  • Sinus ginjal adalah rongga berisi lemak yang membuka pada hilus.sinus ini membuka kelekatan untuk jalan masuk dan keluar ureter, vena dan arteri renalis, saraf dan limfatik.
  • Pelvis ginjal adalah perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai glandular, bagian penghasil urine pada ginjal.
  • Parenkim ginjal. Adalah jaringan ginjal yang menyelubungi struktur ginjal. Jaringan ini terbagi atas medulla dalam dan korteks luar.
  • Ginjal terbagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan korteks yang melapisinya

.

Dalam satu ginjal mengandung satu sampai empat juta nefron yang merupakan unit pembentuk urine. Setiap nefron memiliki satu komponenvaskular (kapilar) dan satu komponen tubular. Komponen nefron terdiri atas:
  • Glomerulus adalah gulunagn kapilar yang yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsula bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.
  • Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat sel-sel epithelial kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan memperluas area permukaan lumen.
  • Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai desenden ansa Henle yang masuk kedalam medulla, membentuk lekungan jepit yang tajam, dan membalik keatas membentuk tungkai asenden ansa Hnele.
  • Tubulus Kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5 mm dan membentuk segmen terakhir nefron.
  • Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap duktus pengumpul berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke sejumlah tubulus kontortus distal.

TRANSPLANTASI GINJAL
Transplantasi (cangkok) ginjal adalah proses pencangkokan ginjal ke dalam tubuh seseorang melalui tindakan pembedahan. Ginjal baru bersama ginjal lama yang fungsinya sudah memburuk akan bekerja bersama-sama untuk mengeluarkan sampah metabolisme dari dalam tubuh.


Proses Transplantasi Ginjal
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah, kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter) ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing (urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine diproduksi bahkan setelah beberapa minggu. Ginjal lama kita yang dua buah akan dibiarkan di tempatnya. Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan penyakit darah tinggi, maka harus diangkat.
Persiapan Transplantasi
Tiga faktor untuk menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.
  1. Golongan darah. Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian yang paling penting.
  2. Human leukocyte antigens (HLAs). Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
  3. Uji silang antigen. Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan transplantasi dapat dilakukan

Komplikasi
Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain.
Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.

Keuntungan Transplantasi Ginjal
a.       Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b.      Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c.       Penderita tidak perlu melakukan dialisis
d.      Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.

Kekurangan Transplantasi Ginjal
  • Butuh proses pembedahan besar.
  • Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
  • Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
  • Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.

URETER, KANDUNG KEMIH, DAN URERTA
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal yang merentang sampai kandung kemih. Stiap ureter panjanganya antara 25- 30 cm dan berdiameter 4-6 mm. Saluran ini menyempit pada tiga tempat : di titik asal ureter pada pelvis ginjal, di titik saat melewati pingiran pelvis, dan di tititk pertemuannya dengan kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari tiga lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan fibrosa, di tengah muscularis longitudinal, dan lapisan epitelium mukosa di bagian terdalam.
                Kandung kemih pelvis dengan adalah organ muskular berongga yang berfungsi sebagai kontainer penyimpanan urine. Kandung kemih ditopang dalam rongg pelvis dengan lipatan peritoneum dan kondensasi fasia. Dinding kandung kemih terdiri dari empat lapisan : serosa, otot detrusor, submukosa, dan trigonum.
                Ureter adalah organ yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh. Pada laki-laki panjang ureter mencapai 20 cm dan melalui kelenjar prostat dan penis. Pada wanita berukuran pendek, sekitar 3,75 cm.

GANGGUAN KOMPONEN SISTEM URINARIA




BAB III
PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK URINE


MEKANISME PEMBENTUKAN URINE
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada kapsula bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring  pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urine berasal dari darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Jumlah urine sekitar 900-1500 ml/24 jam, dengan komposisi air sekitar 96% dan bahan-bahan yang terlarut di dalamnya (elektrolit terutama natrium dan sisa metabolism terutama ureum, cyte dan erytrocite 1-2 buah/ lapangan pandang (ini noprmal). Pada penderita icterus adanya bilirubin dan uronilin yang menyebabkannya menjadi kuning. Ada tiga tahap pembentukan urine :

  1. Filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan aferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh kapsula bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll yang diteruskan ke tubulus ginjal. Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan. Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garam-garam lainnya.
  • Lapisan endotel kapiler
  • Membran basalis
  • Lapisan sel epitel yang diilustrasikan pada permukaan luar kapiler glomerulu

Komposisi Filtrat Glomerulus
Pembentukan urine dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan oleh kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman. Seperti kebanyakan caliper, kapiler glomerulus juga relative impermeable terhadap protein, sehingga cairan hasil filtrasi yang disebut filtrate glomerulus pada dasarnya bersifat bebas protein dan tidak mengandung elemen selular, termasuk sel darah merah. Konsentrasi unsure plasma lainnya, temasuk garam dan molekul organic yang terikat pada protein plasma seperi glukosa dan asam amino bersifat serupa baik dalam plasma maupun filtrate glomerulus, p;engecualian terhadap keadaan umum ini ialah zat dengan berat molekul rendah seperti kalsium dan asam lemak, yang tidak di filtrasi secara bebas Karena zat tersebut sebagian terikat pada protein plasma. Hampir semua dari kalsium plasma dan sebagian besar asam lemak plasma terikat pada protein dan bagian yang terikat ini tidak di filtrasi dari kapiler glomerulus. Cairan yang difiltrasikan melalui glomerulus ke dalam kapsula bowman disebut filtrate glomerulus. Lapisan pada membran glomerulus :

GFR ( laju filtrat glomerulus)
            GFR merupakan kira-kira 20% dari aliran plasma ginjal. Seperti pada kapiler lain GFR ditentukan oleh :
  • Keseimbangan kekuatan osmotic koloid dan hidro static yang bekerja melintasi membran kaliler.
  • Koefisien filtrasi kapiler (KF), hasil permialbilitas dan daerah filtrasi kapiler. Kapiler glomerulus mempunyai laju filtrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan banyak kapiler lainnya karena tekanan hidrostatik glomerulus yang tinggi dan KF yang besar
Pada orang dewasa normal GFR rata-rata 125 ml/ menit, atau 180 L/ hari. Fraksi aliran plama renal yang difiltrasi rata-rata sekitar 0,2, ini menandakan bahwa kira-kira 20% plasma yang mengalir dari ginjal akan di filtrasi oleh kapiler glomerulus.fraksi filtrasi dihitung sebagai berikut : Fraksi filtrasi = GFR / aliran plasma ginjal.
Kemampuan filtrasi zat terlarut ditentukan oleh ukurannya dan muatan listriknya membran kapiler glomerulus lebih tebal dibandingkan membran kapiler lainnya tetapi juga lebih menyerap dank arena itu menyaring pada kecepatan tinggi. Meskipun laju filtrasi tinggi, sawar filtrasi glomerulus bersifat selektif dalam menentukan molekul yang akan di filtrasi, berdasarkan ukuran dan muatan listriknya.
Kemampuan filtrasi 1,0 berarti bahwa zat di filtrasi secara bebas seperti air, kemampuan filtrasi 0,75 berarti bahwa zat hanya di filtrasi 75% kecepatan air.perhatikan bahwa elektrolit seperti natrium, dan senyawa organic yang kecil seperti glukosa, akan di filtrasi secara bebas. Bila berat molekulnya mendekati berat molekul albumin, kemampuan filtrasi akan menurun secara cepat hingga tingkat yang rendah, mendekati 0.
Kemampuan filtrasi suatu zat juga ditentukan oleh muatan molekul. Pada umumnya, molekul besar dengan muatan negative lebih sukar di filtrasi dibandingkan dengan molekul bermuatan positif dengan ukuran molekul yang sama.

Faktor Yang Mempengaruhi GFR
  • Tekanan arteri, bila tekanan arteri meningkat, ini jelas meningkatkan tekanan di dalam glomerulus, sehingga laju glomerulus meningkat, tetapi peningakatan filtrasi masih di atur oleh autoregulasi untuk menjaga tekanan glomerulus yang meningkat drastic.
  • Efek kontriksi arteriol aferen, pada laju filtrasi glomerulus kontriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran darah ke dalam glomerulus dan juga menurunkan tekanan glomerulus, akibatnya terjadi penurunan terjadi penurunan glomerulus.
  • Efek kontriksi arteri eferen, kontriksi ateriol eferen meningkatan tahanan terhadap aliran keluar dari glomerulus dan ini akan meningatkan laju glomerulus dan filtrasinya, tetapi bila penyempitan arteri terlalu besar dan aliran darah sangat terhalang maka laju filtrasi juga akan menurun.
  • Efek aliran darah glomerulus atau laju filtrasi glomerulus, bila arteiol eferen dan eferen berkontraksi, maka jumlah darah yang mengalir ke glomerulus tiap mnitnya akan menurun. Kemudian karena cairan filtrasi dari glomerulus maka konsentrasi protein plasma dan tekanan osmotic koloid plasma dalam glomerulus akan meningkat. Sebaliknya ini akan melawan filtrasi, sehingga bila aliran darah glomerulus turun secara bermakna di bawah normal, maka laju filtrasi mungkin menjadi tertekan secara serius walaupun tekanan glomerulus tinggi.

b.      Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.

c. Augmentasi dan Sekresi  
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Sisa penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

HORMON YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN URINE
  • Hormon Aldosteron.
Fungsi fisiologis hormon aldosteron yaitu mengatur unsur-unsur mineral (mineralo kottikoid / dihasilkan oleh bagian korteks glandula suprarenalis / adrenalis ) Antara lain Na+ dan K+, yakni terutama mengatur reabsorpsi Na+ dan sekresi K+. Dalam hal ini apabila aldosteron meningkat, menyebabkan reabsorpsi Na+ bertambah dan sekresi K+ bertambah pula. Aldosteron membantu ginjal mengatur volume plasma atau cairan ekstra sel.
  • Anti Diuretic Hormon (ADH) Vasopresin.
Hormon ini mempuyai fungsi fisiologi sebagai “anti diuretik dengan pekerjaan utama untuk “retensi cairan”. Terutama untuk pengaturan volume cairan ekstra sel dan konsentrasi Na+ dan membantu ginjal mengatur tekanan osmotik plasma.
Mekanisme pengaturan sekresi ADH dipengaruhi oleh :
1. Penurunan volume cairan ekstra sel.
2. Peningkatan osmolaritas CES ( terutama bila kadar Na+ meningkat ).
  • Prostaglandin
Dalam ginjal, prostaglandin ginjal berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal, reabsorpsi natrium, dan efk ginjal pada ADH.
  • Glukokortikoid
Glukokortikoid meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi retensi natrium.

MEKANISME PEMEKATAN DAN PENGENCERAN URINE



MIKTURASI
Mikturasi adalah proses pembuangan urine. Timbulnya refleks rasa ingin kecing bila tertimbun urine 200-300 ml dalam vesica urinaria. Kesukaran mikturasi biasanya disebabkan oleh :
1.      BPH, yaitu pembesaran kelenjar prostat (sering terjadi pada pria diatas 50 tahun)
2.      Batu urethra
3.      Striktura urethra, urethra menyempit penuh jaringan parut bekas infeksi.
Proses miksi dimulai dari ginjal, ureter, vesica urinaria, uretra. Darah memasuki glomerulus aferen dan kemudian meningkat melalui arteriol aferen. Glomerulus merupakan jalinan dari 50 kapiler sejajar dan dilapisi oleh sel-sel epitel.  Btekanan darah di dalam glomerulus menyebabkan cairan difiltrasikan ke dalam kapsula Bowman. Dari situ cairan tersebut mengalir ke dalam ansa henle, kemudian turun ke bawah medulla ginjal, sekitar 1/3- 1/5 menembus jauh ke dalam medulla. Bagian bawah ansa henle tersebut mempunyai dinding sangat tipis dan karena itu disebut segmen tipis ansa henle. Dari ansa henle, cairan tersebut megalir ke dalam tubulus distalis. Akhirnya cairan tersebut mengalir ke dalam tubulus (duktus) koligens yang mengumpulkan cairan dari beberapa nefron. Duktus koligen berjalan dari korteks kembali ke bawah melalui medulla, sejajar dengan ansa henle, kemudian ia bermuara ke dalam velvis  ginjal.
Ketika filtrate glomerulus megalir melalui tubulus tersebut, kebanyakan air dan berbagai zat yang terlarut di dalamnya direabsorpsi ke kapiler, peritubulus, dan sejumlah kecil solute lain disekresikan ke dalam nobulus. Air dan solute tubulus yang tersisa menjadi urina

VOLUME URIN YANG WAJIB DIKELUARKAN
Volume urin yang wajib dikeluarkan individu perharinya (dalam keadaan normal) dipengaruhi oleh osmolaritas minuman atau makanan yang diminum.
Misal: jika kita meminum satu liter air laut dengan konsentrasi 2400 mOsm/L maka volume urin yang dikeluarkan dapat dihitung dengan
2400 : 1200 = 2 liter
Keterangan :
1200 merupakan kemampuan pemekatan urin maksimal

PEMERIKSAAN URINE
Tahu kondisi organ
Materi yang terkandung di dalam urin bisa diketahui melalui urinalisis atau pemeriksaan urin. Lewat urinalisis kita dapat mengetahui fakta tentang ginjal dan saluran urin. Selain itu, juga dapat diketahui mengenai faal berbagai organ tubuh, seperti hati, saluran empedu, pankreas, cortex adrenal, dan lain sebagainya.
            Namun, memilih contoh (sampel) urin harus disesuaikan dengan tujuan pemeriksaan. Ketika melakukan urinalisis memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urin itu tidak banyak berbeda dari susunan urin 24 jam berikutnya. Namun, bila mengadakan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin pada saat yang tidak menentu, seperti di waktu siang atau malam, dapat dilihat perbedaan yang jauh dari sampel-sampel itu.
Pemeriksaan urin lengkap di laboratorium akan melihat warna urin, kepekatannya, pH, berat jenis, sel darah putih, sel darah merah, sedimen, sel epitelial, bakteri, kristal, glukosa, protein, keton, bilirubin, darah samar, nitrit, dan urobilinogen.

Tanda dehidrasi
Urin juga menjadi penunjuk dehidrasi (tubuh kekurangan cairan). Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin bening seperti air. Sebaliknya, orang yang mengalami dehidrasi, urinnya berwarna kuning pekat atau cokelat karena tubuh kehilangan garam dan mineral dalam jumlah yang banyak.
Untuk mengembalikan urin Anda ke warna semula, cobalah minum larutan garam elektrolit, misalnya oralit.
Bila oralit tak tersedia, cobalah larutan gula-garam. Cara membuatnya mudah saja, yakni larutkan satu sendok teh gula dan sejumput garam ke dalam 200 cc air matang. Bila dehidrasi tak membaik, perlu pemberian cairan infus.

Pengambilan Sampel Air Seni
Menurut Wachyuni dari bagian Mikrobiologi RSVP Fatmawati, Jakarta Selatan, aria beberapa cara pengambilan sampel urin, yakni:
1. Urin sewaktu
Untuk berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik untuk pemeriksaan rutin tanpa keluhan khusus.
2. Urin pagi
Maksudnya, urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih pekat daripada urin yang dikeluarkan di siang hari. Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen, berat jenis, protein, juga tes kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan penyaring karena adanya glukosuria.
3. Urin postprandial
Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 - 3 jam sehabis makan. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.
4. Urin 24 jam
Sampel ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka analisis. Untuk mengumpulkan urin 24 jam diperlukan botol besar, bervolume 1,5 liter atau lebih yang ditutup dengan baik. Botol harus bersih dan memerlukan zat pengawet.
Cara mengumpulkan urin ini dikenal juga sebagai timed specimen, yakni urin siang 12 jam, dan urin malam 12 jam. Urin siang 12 jam dikumpulkan dari pukul 07.00 sampai 19.00.
Sementara urin malam 12 jam, dikumpulkan dari pukul 19.00 sampai pukul 7.00 keesokan harinya. Adakalanya urin 24 jam ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol dengan maksud tertentu. Contohnya, pada penderita diabetes melitus untuk melihat banyaknya glukosa dari santapan satu hingga santapan berikutnya.
5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki
Urin jenis ini digunakan untuk pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran tentang letak radang atau lesi lain, yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam air kencing pria.

Membaca Arti Warna Urin
1. Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
2. Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).
Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).
3. Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
4. Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
5. Cokelat tua atau hitam
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).
6. Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH DAN TERBENTUKNYA URINE
1.      Usia
Pengeluaran urin usia balita lebih sering karena balita belum bisa mengendalikan rangsangan untuk miksi dan balita makanan balita lebih banyak berjenis cairan sehingga urin yang dihasilkan lebih banyak sedangkan pengeluaran urin pada lansia lebih sedikit karena setelah usia 40 tahun, jumlah nefron yang berfungsi biasanya menurun kira-kira 10% tiap tahun.
2.      Jenis dan jumlah makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh
3.      Life Style dan aktivitas
Seorang yang suka berolahraga, urin yang terbentuk akan lebih sedikit dan lebih pekat karena cairan lebih banyak digunakan untuk membentuk energy sehingga cairan yang dikeluarkan lebih banyak dalam bentuk keringat.
4.      Status kesehatan
Orang yang dalam keadaan sehat produksi urinnya akan berbeda dengan orang sakit. Orang yang sakit mengeluarkan urin bisa lebih banyak ataupun sedikit bergantung pada penyakit yang dideritanya.
5.      Psikologis
Orang yang cemas metabolismenya lebih cepat sehingga urin lebih cepat dikeluarkan.
6.      Cuaca
Bila cuaca panas cairan tubuh lebih banyak dikeluarkan dalam bentuk keringat sedangkan cuaca dingin cairan tubuh akan dikeluarkan dalam bentuk urin.
7.      Jumlah air yang diminum
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.
8.      Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.
9.      Banyak sedikitnya hormone insulin
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

KESEIMBANGAN CAIRAN TUBUH, ELEKTROLIT, DAN ASAM-BASA
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.

Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.
Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.
Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.
Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

a. Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi  yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
  • Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
  • Peningkatan permeabilitas.
  • Peningkatan luas permukaan difusi.
  • Berat molekul substansi.
  • Jarak yang ditempuh untuk difusi.
b. Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.
c. Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.
d. Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 1. eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar; dan 2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
  • mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
  • mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 

2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
  • Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
  • Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus  koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

Dehidrasi Dan Syok
            Dehidrasi adalah

            Syok adalah kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik karena ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman oksigen pada kapiler dan jaringan tubuh.
         Syok hipovolemik à akibat : penurunan volume darah, diare, keringat berlebih, perdarahan.
-          Syok Dehidrasi terjadi akibat kehilangan cairan tubuh yang hebat dan berat. Kondisi yang secara klasik menyebabkan dehidrasi adalah keringat berlebihan, kehilangan cairan melalui gastrointestinal atas, diabetes insipidus, asites, fase diuretik dari gagal ginjal akut, penyakit addison, dan penggunaan diuretik yang sembrono.
         Syok kardiogenik : kegagalan jantung memompa darah secara adekuat
         Syok vasogenik : vasodilatasi luas yang dicetuskan zat-zat vasodilator. Syok septik :vasodilator yang dikeluarkan penyebab infeksi  .    Syok anafilaktik : histamin berlebihan pada reaksi alergi.
         Syok neurogenik : hilangnya tonus vaskuler oleh simpatis sehingga timbul vasodilatasi umum. Contoh :nyeri dalam yang hebat.


Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
  • pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
  • katabolisme zat organik
  • disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.

Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
  • perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
  • mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
  • mempengaruhi konsentrasi ion K

Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
  • mengaktifkan sistem dapar kimia
  • mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan

Ada 4 sistem dapar:
  • Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
  • Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
  • Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
  • Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.

Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.
Ketidakseimbangan Asam-Basa
            Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
  • Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
  • Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
  • Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
  • Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.










2 komentar:


  1. https://muarafarma.com/obat-herbal-asma-alami/

    https://muarafarma.com/obat-herbal-jantung-bengkak-tanpa-operasi/

    https://obatjantung.muarafarma.com/icp-obat-jantung-bengkak-alami/

    BalasHapus